Saturday, January 8, 2022

IKHTIAR MAKSIMAL DAN DOÀ

Usaha yang diimbangi permohonan kepada Tuhan merupakan sarana pendukung kita dalam proses meraih kebahagiaan hakiki.Sadari, bahwa setiap tindakan / kegiatan harus selalu dimulai dari TUJUAN.Dalam hal ini tujuan kita adalah meraih KEBAHAGIAAN. Jika tujuan sudah kita niatkan, maka kita bisa menetapkan PRIORITAS. Tentu Prioritas yang bisa memberikan kontribusi dan selaras dengan tujuan kita,kemudian BERIKHTIAR untuk mencapai ke arah itu.

Bisa dibayangkan jika kita menjalani hidup ini tanpa tujuan seperti layaknya layang² putus tertiup angin. Dengan analogi lain, seperti : jika kita naik TAXI tanpa tahu tujuan ,berputar-putar keliling kota sementara argo harga bertambah terus. Argo harga di sini kita anggap seperti umur kita yang terus bertambah.

Setiap individu berbeda-beda dalam menentukan prioritas, tapi kita mempunyai indikator dalam Qolbu yang akan mengirim signal. Jika Qolbu ini tidak nyaman berarti ada yang salah dengan tindakan yang kita ambil. Jika kita renungi ,indikator berupa ketidaknyamanan Qolbu tersebut seakan memberi tahu bahwa tindakan / sikap melanggar aturan main NYA ("...dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." ~ An-Naazi'aat 79 : 40-41). Atau,"....Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu . Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal² yang diwajibkan -NYA." Lukman 31 : 17.

Ada pepatah Bijak, " Walaupun ombak bergulung-gulung dan badai bergelora di permukaan laut,tapi air di dalamnya tetap tenang. Begitu juga kehidupan manusia. Orang yang memiliki tujuan hidup pada kenyataan yang lebih luas dan teguh tidak tergoyahkan oleh apa pun yang terjadi . Perubahan dunia yang dari waktu ke waktu mengombang-ambing tujuan hidupnya ,seolah-olah tidak ada artinya sama sekali baginya. Orang yang sungguh² patuh beragama dan teguh imannya, tidak akan pernah merasa gentar dan selalu memiliki ketenangan jiwa. Setiap saat ia siap menghadapi fakta demi fakta dengan tabah dan tenang."

Dòa merupakan bentuk energi kuat yang bisa dihasilkan manusia. Saat berdòa, kita menghubungkan diri dengan Tuhan,untuk memohon kekuatan dan memenuhi kebutuhan jiwa. Ketika berdòa,kita menyerahkan seluruh kesulitan(permasalahan) kepada Tuhan. Ini berarti kita tidak sendirian.

"Janganlah kamu memohon kepadaku sesuatu yang kamu tidak mengetahui Hakikatnya." ~ HUD 11 : 46.
"Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia & kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." Al-Baqarah 2 : 201.

Agar hati ini tetap terjaga tenteram,kita pun harus bijaksana dalam berdòa. Sebaiknya kita tidak memohon sesuatu yang kita tidak tahu hakikatnya. Memohonlah untuk diberi kekuatan dalam menghadapi Hukuman² dari NYA dan kenyamanan Qolbu - bukan memohon kenyamanan fisik atau kesenangan.

Jika kita memohon untuk kesenangan atau kenyamanan fisik, kebahagiaan hakiki tidak akan didapat. Karena kebahagiaan hakiki letaknya di dalam Qolbu bukan diluar diri. Jadi rasanya tidak cocok kalau kita berdòa minta materi banyak supaya bahagia. Karena Qolbu tidak memerlukan materi.

Sebagai ilustrasi sederhana,misalnya ada seorang bawahan saya yang sangat berterimakasih karena kebaikan saya. Dia mengatakan" apapun yang Bapak minta akan saya penuhi". Tentunya kita mengukur kemampuannya. Tidak mungkin saya meminta mobil baru buatan Eropa kepadanya. Permintaan saya kepadanya kemungkinan adalah ," selesaikan saja pekerjaanmu dan lakukan semua dengan lebih baik lagi". Begitu pula jika seorang miliarder atau konglomerat yang berterimakasih atas jasa yang sudah saya lakukan untuknya dan menawarkan hal yang sama , " Apapun yang Bapak minta akan saya penuhi. Sebutkan saja."saya juga akan mengukur dan meminta sesuatu yang bisa dia lakukan. Karena ini kesempatan untuk saya,tidak mungkin saya hanya meminta sebatang cokelat,berarti saya menganggap rendah konglomerat itu. Mungkin saya akan meminta mobil baru atau meminta jabatan untuk mengelola salah satu perusahaannya.

Ilustrasi di atas hanya menggambarkan apakah kita termasuk orang bijak dalam meminta sesuatu, dengan mengukur kemampuan sang pemberi. Nah , bagaimana dengan permintaan atau dòa kita kepada Tuhan? Mengapa kita tidak meminta yang paling istimewa dan yang tidak bisa dilakukan dan diberikan manusia? Mari kita meminta kebahagiaan Hakiki.

Kesimpulan dari gambaran diatas adalah :

- Kesadaran bahwa hidup di dunia ini adalah menanggung Hukuman dari leluhur ( Nabi ADAM) . Apapun hukuman yang diberikan Tuhan pasti mengandung hikmah atau karunia yang muncul setelah kita sabar menjalani dengan ikhtiar.

- Tuhan tidak akan menganiaya hambanya, semua hukuman yang diberikan sesuai dengan kemampuan kita. Jadi dengan bekal keyakinan,kita pasti sanggup melalui semua Hukuman-NYA , asal mau berpikir dan mengubah persepsi dengan sudut pandang / kesadaran spiritual. Tuhan tidak akan ingkar janji, Tuhan Akan memberikan kebahagiaan Hakiki jika kita menyadarinya.

- Agar Qolbu tetap terjaga ketentramannya,alangkah baik² nya jika kita berdòa dengan KESADARAN sehingga kita tidak memohon kepada-NYA dengan sesuatu yang kita tidak tahu HAKIKATNYA. Karena hanya Tuhan yang tahu apa yang kita butuhkan dan Tuhan tidak memberi apa yang kita inginkan.


Verba Volant Scripta  Manent,
Ora èt Labora





No comments:

Post a Comment